Senin, 26 November 2012

Suku Aztec Punya Ritual yang Mengerikan



Kebudayaan suku Aztec mulai
berkembang sejak suku Maya
runtuh. Ketika orang orang
Spanyol pertama kali
melakukan kontak dengan
orang-orang Aztec, mereka takjub dengan apa yang
mereka lihat. Banyak
masyarakat setempat tinggal
di kota-kota megah yang
dibangun di sekeliling piramida
besar sebagai pusat upacara kesukuan mereka. Kekayaan
dan kemegahan kalangan atas
masyarakat Aztec tampaknya
tidak tertandingi. Mereka
takjub pada tingginya standar
perkembangan sosial suku yang mereka anggap terpencil
itu. Namun begitu para penjelajah
dari Spanyol itu harus
berhadapan dengan satu
tradisi yang sangat
mengejutkan, pengorbanan
jiwa manusia sangat marak dilakukan di kuil-kuil dan
piramida-piramida. Suku Aztec
melakukan satu bentuk
praktik pengorbanan manusia
yang sama dengan suku Maya,
namun dalam intensitas yang lebih besar. Orang-orang yang mereka
jadikan sebagai korban
persembahan adalah para
tawanan perang dari suku-
suku musuh yang berhasil
mereka kalahkan. Namun tidak jarang pula, budak-budak dari
daerah mereka sendiripun
dikorbankan. Pembantaian
bahkan sering dilakukan
secara besar-besaran,
terutama dalam rangka penyucian kuil-kuil yang baru
dibangun, khusus untuk
menghormati para dewa
mereka. Hal ini terungkap saat
dilakukan penggalian piramida-
piramida besar di Meksiko, ditemukan ratusan kerangka
terbukur dalam pondasi
pondasi dengan posisi berlutut.
Gambar gambar tengkorak dan
kerangka manusia terlihat
pada arsitektur bangunan mereka yang secara khusus
didirikan dengan tujuan
mempersembahkan korban
manusia. Beberapa ritual mengerikan
nyaris tidak dapat dipahami.
Dipercaya banyak dari korban
dadanya dibelah dengan pisau
batu dan jantungnya dicabut
keluar hidup-hidup oleh imam agung mereka. Kemudian
jantung itu diletakkan
disebuah altar khusus sebagai
korban persembahan,
sementara jasad para korban
dilemparkan melalui anak tangga piramida, bahkan
terkadang dimakan hidup- hidup. Dalam ritual lain yang dilakukan
pada hari-hari penting
berdasarkan kalender
astronomi, biasanya para
korban dikuliti hidup-hidup.
Kemudian seorang imam akan mengambil kulit manusia itu
dan memakainya selama
sebulan penuh. Jenis ritual ini
melambangbangkan kelahiran
kembali. Hilangnya kulit manusia
dianggap sebagai gambaran dari proses pembaruan seperti
yang terjadi pada ular saat
melepaskan kulit. Ular adalah
mahluk yang dihormati oleh
suku Aztec. Seiring berlalunya waktu,
nafsu suku Aztec terhadap
darah semakin meningkat.
Sepertinya kemakmuran yang
semakin meningkat
mengharuskan mereka meningkatkan korban
persembahan buat para dewa
mereka pula. Dibawah kuil-kuil
yang dibangun belakangan,
ditemukan sisa-sisa jasad
manusia dalam jumlah yang lebih besar. Satu kisah mengerikan dicatat
oleh para penakluk dari
Spanyol. Diceritakan pada saat
mereka masuk di Tenochtitlan,
pusat pemerintahan Aztec
yang sekarang dikenal dengan kota Meksiko, mereka
menemukan monumen yang
seluruhnya dibangun dari
tulang kerangka manusia.
Sesuai perhitungan,
diperkirakan monumen itu dibangun dari 125 ribu
kerangka, disusun dalam satu
pola geometris yang akurat. Ketakjuban mistis terhadap
kematian ini sepertinya kejam
dan aneh bagi kita yang hidup
di zaman modern, tetapi bisa
jadi hal itu merupakan satu
bagian yang tak terpisahkan dari budaya peradaban kuno di
mana cara-cara hidup mereka
telah berkembang selama
beberapa ribu tahun secara
terisolir dari apa yang
dianggap sebagai dunia secara umum. Kehancuran suku Aztec terjadi
setelah berlangsungnya
pertempuran hebat dengan
penjelajah Spanyol di bawah
pimpinan Cortez. Peperangan
ini bisa dikatakan pembasmian suatu budaya yang sudah
berkembang demikian pesat.
Apakah kemenangan itu
membuktikan bahwa tentara
Spanyol lebih hebat dari
pejuang Aztec? Sepertinya tidak, dipercaya
bahwa raja Aztec saat itu,
Moctezuma, menyuruh
pejuang-pejuang sukunya yang
tangguh untuk menahan diri
padahal mereka sangat mampu mengalahkan pendatang-
pendatang asing di wilayah
mereka sendiri. Penyerahan
diri itu tak lepas dari sikap
patuh Mozteczuma terhadapa
ramalan kuno pendahulu mereka. Ramalan itu berbicara
tentang kedatangan
sekelompok orang di negeri
dewa Quetzalcoatl mereka.
Yang mana pemimpin kelompok
itu akan menggunakan kebijakan dan kekuatan besar
untuk membantu orang-orang
Aztec dan Meksiko untuk
memperoleh kejayaan yang
lebih besar. Pemimpin kelompok
itu dikenal sebagai “ular berbulu”, makhluk paling
dihormati suku Aztec. Itu
dijelaskan dalam kata yang
sesuai dengan penampilannya,
yaitu orang bersenjata dan
berjanggut yang datang dari Timur – arah di mana matahari
terbit. Meski ramalan itu tampak
akurat, dengan kedatangan
orang-orang dari Spanyol,
tetapi tentu hasilnya sangat
berlawanan dengan apa yang
diramalkan. Bukan kejayaan yang ditemui, justru
kebudayaan bangsa Aztec
menjadi hancur untuk
selamanya karena penjelajah
Spanyol menganggap bahwa
mereka punya kewajiban memusnahkan setiap jejak dari
suku yang dulunya begitu
hebat.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar