Haiiiiiiiiiii.. Novinka come back.!! :*
Kali ini aku akan ngepost cerita atau lebih
tepatnya JD(Just Dream) One Shoot karya Shawty Olyta Soveriana. Kenapa aku post
cerita ini????? Karna aku sukaaaa bingitss sama ceritanya yang bikin banjir air
mata.. celiyus deh…. Karna
beliebers(penggemar Justin Bieber) maka pemeran utama JD nya adalah Justin ^^
selamat menikmati readersku tercinta^^
"Memang
seharusnya pria dan wanita tidak bersahabat. "
==============================================================
Aku bergeming bersama pria itu.Hanya terdengar suara langkah kaki dan orang
orang yang di sekitar kami, jugaterdengar beberapa kendaraan yang melintas
begitu saja di jalan.
"Ra"
Pria itu memanggil ku. Ia selalumemanggil ku dengan sebutan itu. Aku suka
panggilan itu.aku mendongakan kepalaku. Menatap dirinya lekat. Ia tersenyum
padaku. Senyuman indah itu. Sangatbegitu cerah dan berwarna. Apa arti dari
senyuman itu? Ia berdehem
"Ra. Aku ingin jujur padamu. Selama sepuluh tahun kita berteman, kitatidak
pernah saling jujur jujuran kan?"
Aku mengernyit. Detak jantung kuberdetak kencang lagi. Ia selalu membuat ku
seperti ini. Membuat ku penasarandan membuat jantung ini ingin meloncat .
"apa itu?" tanya ku. Priaitu mengelus dagunya dan berdiam lama. Ia
seperti Memikirkan sesuatu. Apa yangia pikirkan? Andai aku bisa membaca
pikirannya. Seperti nya ia ragu untukbilang itu. Oh tuhan, apa ia juga menyukai
ku? Ku harap begitu.
"Aku takut bilang
pada mu.Sebenarnya ini rahasia yang sangat benar benar dibilang rahasia"
Lagi lagi ia membuat ku mati penasaran.Aku menghentikan langkah kaki ku lalu
menatap ia bingung sambil mengerutkankening ku "dasar bodoh. Yang namanya
rahasia ya memang rahasia bodoh.Sebenarnya kau ingin katakan apa tidak hm?
Jangan buat aku penasaran."balas ku lalu menjitak kepala nya.
Ia meringis, benar benar lucu. Ia mengusapkan kepalanya sambil
merengutkanbibirnya. Lucu. Ia seperti bayi laki laki yang marah ketika tidak
dibelikanpermen. "Kau selalu kasar. Kenapa kau tidak berubah jadi gadis
yang lembut uh? Aku tidak jadi bilang" kesalnya lalu berjalan dan
meninggalkan ku. Akutertawa kecil. Ia benar benar sangat lucu
"Hei justin.
Cepat katakanpada ku . kau ingin membuat ku mati penasaran hm?" ujar ku
meninggikan nada ku lalu berlari menghampiri dia.
Pria itu menghentikan langkah nya. Ialu bergeming. Tatapannya menatap sebelah
kanan. Ada apa dengan dia?
Aku berdiri disampingnya, menatap justin dengan bingung. Aku melihat manik
matajustin.Ia melihat, seorang gadis yang berdiri di halte bus di sebrang sana.
"Ini dia rahasia ku ra" ujarnya dengan tatapan yang tidak beralih
kegadis itu. Ia tersenyum kecil ke arahnya.
Tubuh ku mulai
membeku. Aku terdiam. Ada muncul perasaan yang tak pernah akurasakan jika berada
di samping justin. Ini bukan perasaan nyaman. Ini bukanperasaan senang.
Perasaan ini lebih menyakitkan. "M--m--maksud mu ?"tanya ku curiga
Justin menoleh ke arah
ku, iatersenyum lagi "rahasia ku adalah aku menyukai gadis itu. Ia dari
fakultashukum. Aku menyukai gadis itu sejak lama. Hm mungkin sejak semester
pertama.Lihat dia ra. Selera ku bagus kan dalam memilih wanita" jelasnya
lalukembali menatapnya. Dan masih tersenyum.
Aku terdiam membeku. Perasaan ini. Aku benar benar tidak suka merasakan
ini.Jadi itu rahasia justin. Sialan, bahkan aku mengiranya lebih. Mata ku
terasaperih. Oh tuhan,apa aku ingin menangis? Jangan menangis disaat aku
bersama diatuhan. Aku tidak ingin membiarkannya tau. Aku tidak ingin semuanya
berantakan.Gadis itu, ku akui. Dia memang cantik.
"Hm ra? "
ujar justinmembuyarkan lamunan ku.
"Ah iya . selera
mu bagus.Dia sangat cantik "
Dan saat itu. Aku
mulai menyakitidiriku sendiri.
===============================================================
Aku mencintai nya. Tapi dia tidak mencintaiku. Untuk apa? Untuk apa jika ia
mencintai ku. Dia hanya menganggap ku sebagaiteman. Ya teman bukan lebih.
Aku terdiam,menatap bawang merah yang berada di atas piring. Tangan kanan
kumemegang sebuah pisau. Ku alihkan tatapan ku ke pisau tajam dan mengkilat
itu.Merasakan sakit hati ini, membuat ku lapar. Aku mulai memotong bawang
merahitu. Mengiris nya dengan kecil dan tipis tipis. Sialan, aku menangis.
Akumenangis karena bawang atau karena justin? Hiks. Yang benar saja, aku
pastimenangis karena bawang ini--walaupun ku akui aku menangis karena justin--
akumulai emosi,pria itu membuat ku gila. Seharusnya dari awal aku tidak
mengenaldia. Seharusnya kita tidak bersahabat.
Aku sangat emosi, perasaan ku mulai kacau berat. Ku iris bawang itu
dengancepat.
Aw
Aku meringis,telunjuk ku, berdarah!!. Kutatap telunjuk ku. Darah itu masih
keluar. Aku tersenyum, ini tidak sakit.Benar benar tidak sakit. Aku menyukai
nya. Ku ambil pisau dapur itu lagi,pisauitu sedikit terkena darah telunjuk ku.
Aku ingin mencoba sekali lagi,mengoreskan tangan ku dengan pisau itu. Ini
membuat ku sangat nyaman. Akumenyukai nya.
"Ra"
Aku membeku. Nafas ku tercekat, barusaja aku ingin mengoreskan tangan ku dengan
pisau itu. Seseorang memeluk kudari belakang, membuat tangan ku terhenti dan
membuat pisau ku jatuh ke mejadapur itu. Aku kenal wangi parfum ini, aku tau
siapa yang memeluk ku daribelakang. Ia justin. Ya, ia justin bieber
"Aku ingin
katakan sesuatupada mu. Semenjak pertama kali aku melihat mu. Aku menyukai mu.
Wajah mu terusada di pikiran ku. Aku ingin melindungi mu. Aku ingin terus
menemani mu dan kautidak akan bisa sendirian lagi. Aku ingin menjadi bagian
dari hidup mu. Akuingin ada di hati mu. Menjadikan ku orang yang special di
hidup mu. Menjadi orangyang berarti untuk mu. Aku mencintai mu. Would you be
mine? "
Tubuh ku membeku. Mata kumembulat
dengan sempurna. Detak jantung ku? Tentu saja ia tidak membeku. Iaterus
berdegup dengan kencang. Aku tidak bernafas. Justin? Apa ia tidak salahbicara.
Aku tidak mengerti. Ada perasaan janggal disini. Kemarin, baru saja
iamenunjukan rahasia nya pada ku.Tapi sekarang. Aku tidak mempercayainya.
Aku terkekeh. Aku tertawa kecil. Ini pasti hanya candaan "hei justin.
Apakau bercanda? Aku tidak kemakan oleh tipuan mu. Lepaskan aku" ucap ku
lalumenginjak kaki nya dan membuat ia meringis sambil memegang kakinya.
"Ra. Aku tidak bercanda. Aw sakit. Kenapa tidak sekali saja kau
bersikaplembut pada ku? Kau selalu menyiksa ku" gerutu nya lalu
melepaskanpelukannya
"Kenapa kau tidak
mengetukpintu dulu sebelum masuk ke rumah ku ? Dasar tidak sopan" balas ku
lalumenjitak kepalanya. Lagi lagi ia meringis.aku tidak mengerti. Sebenarnya
itubercanda atau tidak? Bahkan ia masih membuat degup jantung ku berkerja
keras. Lalu,bagaimana rahasia yang kemarin.
"Hei. Berhenti
menjitakkepala ku"
Aku memutarkan bola
mata.Mengabaikan dia yang terus gerutu kesakitan. Dasar pria lembek.
Aku pergi meninggalkannya. Berjalan ke arah kamar. Pria itu berjalan
mengikutiku
"Ra. Bagaimana
akting kutadi? Itu kata kata yang akan ku ucapkan pada gadis itu. Romantis
bukan?"
Benar, Ia menyakiti ku
lagi.
Haha bahkan aku
menganggapnyatidak bercanda. Bodoh, kau bodoh barbara. Mana mungkin ia menyukai
ku. Shit,detak jantung ku sudah tidak berdegup kencang. Ia mulai melemah.
Seolah olahjantung ku retak secara tiba tiba. Sesak. Jelas ada.
Aku benci merasakan ini.
"Akting mu sangat
buruk"ujar ku lalu duduk di meja belajar dan mengambil novel lalu menatap
novel itu.Ya, aku hanya menatapnya tidak membaca. Sialan,mata ku mulai panas.
Sepertinyaaku ingin menangis.
Justin terkekeh. Ia
membantingkantubuhnya diatas ranjang ku, ia juga mengambil buku yang ada di
atas ranjang.Entah buku apa yang ia baca . "buruk? Bahkan kau membeku saat
ku bilangseperti itu"
Sialan. Kenapa ia
tahu? Apa iajuga merasakan kalau aku menyukai dirinya. "Iya benar. Itu
sangat buruk.Jika kau masuk ke acara penghargaan "aktor pria yang
terbaik" akuyakin. Pasti kau kalah"
Walaupun ku akui. Aktingnya memang bagus. Sialan, aku mengakuinya
kalauaktingnya memang benar benar bagus.
Pria itu tertawa lagi
"janganbohong sayang. Aku tau. Akting ku memang bagus kan"
Dia memanggil ku
sayang. Dear,detakan ini muncul lagi. Ah sial, kenapa hanya mengatakan
kata"sayang" membuat jantungku meloncat lagi.
Aku memutarkan bola
mata ku laluterkekeh "what ever"
Pria itu diam. Ia
meletakan bukuitu lalu menatap langit langit kamar. Ia seperti berpikir. Apa
yang iapikirkan? Ah barbara, kenapa kau begitu bodoh. Tentu saja ia memikirkan
gadisitu.
"Bahkan aku tidak
tahunamanya" gumamnya masih menatap langit langit kamar. Benar, ia
memikirkangadis itu.
"Namanya
evelyn."
Dengan secepat kilat.
Pria itubangkit dari tidurnya. Ia menatap ku bersemangat. Ia tersenyum
lebar."Benarkah? Bagaimana kau tahu?" Dia senang padahal aku
hanyamemberitahu namanya saja. Benar, aku memang mencari tahu tentang dirinya.
Dear,bahkan aku mencari tahu tentang dirinya. benar benar bodoh. Aku menatap
justinlalu menganggukan kepala ku pelan "aku tau. Aku mencari tahu
tentangdirinya. "
"Kalau begitu.
Bantu akumendapatkan gadis itu. Apa kau bisa?" Tanyanya ia bangkit dari
duduknyalalu berdiri di samping ku. Bagaimana bisa? Ini membuat ku tambah
sakit. Dasarpria jahat. "Akan ku coba" balas ku lalu menunduk dan
mulai menatapnovel itu--bukan membacanya--.
"Evelyn...."
Gumamjustin. Aku tau pasti ia tersenyum sambil memikirkan wajah gadis itu.
Sialan,perasaan ini tambah memburuk. Aku tidak kuat lagi. Mata ku semakin
panas. Dan aku merasakan bendungan di bawah kelopak mataku disana. Dan akhirnya
air mataitu turun.
"Kalau kau diam
saja. Tidakdekati gadis itu. Dia bisa bisa diambil orang lain. Sebaiknya kau
dekatidia..berkenalan dengannya. Aku yakin,ia pasti mau dengan mu" ujar ku
tanpamelihatnya. Air mata ini semakin menderas. Beruntung rambut panjang ku
teruraidan tidak terlihat oleh justin kalau aku sedang menangis. Argh, bahkan
akutidak percaya bisa bilang seperti itu.
"Kau benar. Aku
harus menemuinya. Thanks ra. Bantu aku oke?"
Aku hanya mengangguk.
"Kau memang
yangterbaik" sambungnya mengacak acakan rambut ku lalu pergi dari rumah
ku.Pria itu selalu datang dan pergi.
=================================
"Ra" ia
memanggil ku danberjalan menghampiri ku. Aku yang tengah membaca buku di taman
kampus sekolahterhentikan,lalu menoleh ke sumber suara. Justin duduk di samping
ku dan tibatiba ia mencubit pipi ku. Aku kaget, mata ku membulat.
"Kau sangat
lucu"
Aku merasakan panasnya
di pipi ku.Seolah olah aku merasa pipi ku sudah merah merona.sedangkan detak
jantung ku,berdetak begitu cepat. Kenapa ia selalu membuat ku seperti ini?
"Lihat. Pipi mu
merah rahaha" ia tertawa.
Aku memicingkan mata
ku, menatapdirinya sinis. "Ada apa?kenapa tiba tiba datang dan langsung
mencubit pipiku?"
Ia mengelengkan
kepalanya dantersenyum "tidak. Memang nya aku tidak boleh mencubit pipi
mu?"
"Tidak"
"Kenapa?"
"Pasti ada alasan
yang pastikenapa kau mencubit pipi ku? Memangnya aku salah apa padamu? Atau
janganjangan...." Ada jeda disini,aku menyipitkan mata ku menatap dia.
Sedangkandia hanya mengernyit. "Apa jangan jangan kau ingin ku jitak?iya kan
? Oke.kemari. Akan ku jitak kau" sambungku sambil berdiri dan mengepalkan
tanganku
Pria itu membulatkan
matanya danlantas bangkit dari duduk lalu menjauh dari ku. "Tidak. Ku
mohon,jangan siksadiriku oke?"
"Kau berlebihan
justin. Sinikemari kau,akan ku jitak kepala mu. Ini akan lebih sakit dari
sebelumnya"ancam ku dan mengejar dirinya. Aku menahan tawa, pria itu
sungguh sangat lucu.
"Kau tega ra.
Tidak. Akutidak mau" ia berlari dan aku tetap mengejarnya.
"Kemari kau
justin bieber.Jangan jadi pengecut." Ujar ku meninggikan nada ku karna
jarak antara akuda dia cukup jauh
"Aku bukan
pengecut. Akuhanya takut dengan kepalan tangan mu yang menyeramkan itu!!"
ia berteriakdan menoleh ke belakang ke arah ku.
"Apa kau
bil--"
BRAK!!!
Ucapan ku terpotong,
langkah kakiku terhenti .
Justin bieber, menabrak seseorang dan membuat keduanya terjatuh. Hati
kumerasakan hal aneh lagi ketika aku melihat,siapa yang justin tabrak itu.
"Evelyn? Kau tak
apa?"Tanya justin khawatir sambil memegang pundak nya dan membantu nya
berdiri
"Aku tak apa.
"
"Tidak. Kau ada
apa apa. Akanku bantu ke uks"
"Tidak apa apa
kok. Aku bisasendiri. Aku mau ke kelas saja"
"Baik,aku
antarkan kau kekelas"
Dan akhirnya pria itu
mengantarkanevelyn ke kelas. Berlebihan, bahkan gadis itu tidak merasakan sakit
apa pun.Aku hanya terseyum getir menatap punggung mereka yang semakin lama
semakinmenghilang. Ck,sakit lagi
=========================================
Ia menyakiti ku lagi. Aku taktahan lagi. Aku berlari ke toilet kampus. Aku
melihatnya. Ia tidak sendiri. Iamenjadi berani. Ia melakukan tekad nya. Kenapa
aku harus melihatnya. Melihatnyaberdua dengan gadis itu. Air mata ku menderas.
Kenapa aku begitu cengeng? Inibahkan sakit sekali. Lebih sakit dari sebelumnya.
Pria itu benar benar jahat.
Aku masuk ke bilik toilet lalu mengunci pintu itu .
Aku menangis disana. Benar benar sakit. Apa yang harus ku berbuat?
Tubuh ku merosot terduduk. Sialan, kenapa aku begitu lemah? Padahal aku
selalukuat di depan pria itu.
Aku memeluk kedua lutut ku dan menengelamkan wajah ku. Aku menangis
sepuasnya.Mungkin isakan ku terdengar ke seluruh ruang toilet. Jika orang bodoh
berfikirmungkin ada seorang hantu wanita yang menangis di toilet ini. Bahkan
aku yangbodoh sekarang. Untuk apa aku menangisi dia?
Aku mendongakan kepala ku. Menghapuskan sisa air mata ku. Percuma. Percuma
jikaaku menghapusnya, air mata ini terus mengalir dengan deras. Seperti air
terjunyang tidak ada berhentinya. Kenapa aku sesedih ini? Apa aku
sangatmencintainya? . aku harus berhenti,berhenti mencintainya. Tapi apa daya?
Apaaku bisa? Jika ia terus ada di dekat ku. Perasaan itu tidak akan hilang.
Aku diam melihat
sesuatu disana.Benda kecil dan tipis berwarna hitam. Itu silet, aku melihat
silet di dekatpintu. Silet. Apa aku harus melakukannya? . bunuh diri? Apa itu
cara yang baik?Aku mengambil silet itu lalu menatap nya. Tidak, aku tidak ingin
bunuh diri.Aku tidak mau meninggalkan justin tapi..... Mengoreskan nya sedikit
ke tanganjuga tak apa kan? Aku hanya menghibur diri. Lagi pula, menyakiti diri
kusendiri itu membuat ku nyaman.
Air mata ku mengalir lagi. Aku memejamkan mata ku sementara air mata masihtidak
berhenti mengalir,lalu aku menggoreskan silet itu perlahan membuat
membuat darah segar mengalir dari goresan tadi.
Perih. Tapi tidak seperih hati ini. Aku tersenyum getir. Aku
mengoreskannyalagi. Sudah ada dua luka di sana. Sementara darah ku masih
keluar. Ku akui, akugila sekarang. Tapi ini membuat ku nyaman . aku
mengoreskannya lagi dengantangisan ku yang belum reda. Berdarah lagi, ada tiga
luka disana. Aku belumpuas. Aku tertawa bersamaan dengan air mata ku yang masih
belum melawanberhenti. Aku sudah gila
Tok tok tok.
Seseorang mengetuk
pintu biliktoilet ini. Membuat aku berhenti menangis dan menghentikan aksi gila
ku."Siapa?" Tanya ku dengan suara serak.
"Apa kau baik
baiksaja?" Jawab seseorang dari balik pintu. Itu suara perempuan.
Apa aku ketauan
sekarang? Dengansecepat kilat aku menghapuskan air mata ku lalu memakai jaket.
Jadi luka itutidak terlihat, aku pun membuka pintu nya.
Aku membulatkan mata.
Nafas kutercekat ketika melihat sosok dihadapan ku. Gadis itu.
Gadis jahat itu. Ck, aku baru sadar ternyata dia memang jahat.
"Hei. Apa kau
baik baiksaja?" Tanya nya dengan raut wajah yang khawatir. Dia pura pura
baik kah?Dan bahkan ia menyentuh pundak ku sekarang. Beraninya tangan itu
menyentuhpundak ku.
"Ya. Aku baik
baiksaja."
"Aku mendengar mu
menangis.Dan mata mu juga sembab. Kau pasti ada apa apa. Apa ada yang bisa
kubantu?"
Ada. Kau bisa menjauhi
justin.
"Tidak apa apa.
Aku baik baiksaja" balas ku lalu pergi meninggalkannya. Evelyn, kalau aku
jahat . akupasti langsung membunuh mu sekarang. Tapi aku sadar, sebenarnya ini
bukan salahdia. Ya, tapi ini salah ku. Benar, ini salah ku. Aku memang yang
bodoh. Jelasjustin menyukainya. Gadis itu baik hati dan lembut. Tidak seperti
ku, yangkasar.
"Hm. Hei"
Aku menghentikan
langkah kaki kusebelum aku keluar dari toilet ini. Aku menoleh ke arah sumber
suara. Terlihatmanik mata evelyn yang bingung, ia menatap bilik toilet yang aku
tempati tadi.Ia menatap ke lantai. Sepertinya ada yang tertinggal disana.
"Apa silet itu
milik mu?Dan...." Ia menjeda ucapannya dan menatap ke lantai itu lalu ia
menatap kucuriga "apa darah itu juga milik mu?"
"Ah . tidak. Hmm
maksud ku.Ah iya itu , aku baru saja terjatuh karena seorang anjing mengejar
diriku. Danakhirnya berdarah . aku pun ke toilet dan membersihkan luka ku
disana. Akuterburu buru karena kau mengetuk pintu nya."
"Lalu... Silet
itu?"
Aku diam sejenak.
Memikirkanjawaban yang tepat .
"Aku tidak tau.
Memang siletitu daritadi ada disana"
Evelyn tampak bingung,
lalu iamenganggukan kepalanya mengerti.
==========================================
Aku berfikir. memikirkan sesuatu.Memikirkan apa yang akan ku tulis di kertas
ini. Aku diam sambil menatap kertasputih yang masih bersih tidak terkena
goresan apa pun.
"Ra" panggil pria itu duduk disamping ku. Aku hanya menoleh kearahnya
tidak berkata apa pun.
"Kau tau kan. Aku
menyukaisiapa?"
Dear, apa ia akan
menyakiti kulagi sekarang. "Ya aku tau"
"Kau tau. Tapi
sekarang akuyang tidak tau"
Aku diam. Tangan ku
yang sedaritadi menulis di kertas itu pun berhenti sejenak. Aku menatap nya
penuh arti. Ia menatap ku juga sama. "Kau tau. Yang kau suka itu---"
"Bukan. Maksud
ku. Aku yangtidak tau tentang dirimu. Kau tau kan? Kita sudah berteman selama
10 tahun.Tapi aku tidak tau pria yang kau cintai itu siapa?" ujarnya
memotongucapan ku.
Aku menghela
nafas,lalumengalihkan pandangannya dan kembali menulis di kertas putih itu.
Bodoh,kenapakau begitu bodoh justin bieber. Jelas yang ku suka adalah dirimu.
Bodoh, apakau tidak merasakannya? "Ada. Tapi aku tidak akan memberitahu
dirimu"
Pria itu berdecak
kesal. Iamemutarkan bola matanya lalu memegang lengan ku "ayolah. Beritahu
akusiapa dia?" ia memohon sambil mengoyangkan tangan ku. Aku mengigit
bibirbawah ku lalu menatap dia.
"tapi aku..
berencana berhentimenyukainya"
"Kenapa?"
"Kau tahu
bagaimana rasanyamengejar
seseorang yang hatinya sudah tertanam pada
orang lain?”
Justin terlihat
terdiam berfikir,sambil
menatapku. “Aku tahu, itu menyakitkan.”
Aku mengangguk
membenarkanjawabannya.
“Maka dari itu, aku mengakhirinya”
Justin meraih tanganku kemudianmenepuknya beberapa kali. “Semangat, bukankah
kau sendiri yang mengatakan bahwa kita sudah memiliki pasangan tersendiri. Kita
tinggal tunggu saja, jangan menyerah sahabatku..”
Kau benar Justin.
Lelaki danperempuan diciptakan untuk menjadi pasangan. Bukan seperti sahabat
seperti kau dan aku. Maka dari
itu aku akhiri semuanya tapi sepertinya aku tidak akan bisa. Kalau kau
terusterusan seperti ini justin. Selalu ada di samping ku. Selalu membuat
kutertawa. Selalu membuat ku nyaman. Apa daya? Apa aku bisa berhenti
mencintaimu? Itu pasti susah dan butuh waktu yang sangat lama.
"Lalu bagaimana hubungan mu dengan evelyn?"
"Tambah dekat"
iatersenyum. Bicara soal evelyn, pasti dia akan tersenyum seperti itu. Ck,
sakitlagi.
"Kapan kau akan
menyatakanperasaan mu? “ bodoh, aku malah bertanya seperti ini. Memancing
hatiku yangsemakin sesak di dalam.
"Secepatnya. Tapi
ra,akumasih bingung..sebenarnya siapa pria yang kau sukai itu? Ayolah
beritahuaku"
Aku menghela nafas
sambil memijatkening ku. Aku diam dan mengabaikan pertanyaan justin . aku
menulis sesuatu dikertas. Melihat dirinya di abaikan oleh ku, pria itu berdecak
kesal"kenapa kau pelit sekali. Tinggal katakan namanya dan aku--"
"Kau mau tau ?
Jawabannyasiapa dia?" tanya ku memotong ucapan nya. Pria itu menganggukan
kepalanya, aku pun menyodorkan kertas "artikan ini dan kau akan tau"
Justin mengambil
kertas itu, iamengerutkan keningnya bingung sambil menatap kertas itu. Aku
yakin, ia tidakakan bisa menebaknya "01101001011101000111001100100000011110010110111101110101"
eja nya membacasatu persatu yang ada di kertas itu.
Justin terkekeh "ra. Apa ini? Hanya ada angka 0 dan 1. Mana bisa diartikan"
"Itu bilangan
biner. Itu adaartinya. Terserah kau. Setidaknya aku sudah memberi
petunjuk"
"Ini bukan kuis
atau apa pun.Aku tidak mengerti. Jangan buat ku mati penasaran. Tinggal beri
tahu namanyasaja. " kesalnya sambil menaikan ujung bibirnya. Aku memutarkan
bola mataku.
"Aku tidak
percaya denganbibir mu just"
"Memangnya ada
apa denganbibir ku?" pria itu diam sejenak. Memikirkan sesuatu. Sedetik
kemudian iatersenyum . aneh kenapa ia tersenyum? Pria itu mendekat kan wajahnya
ke arahwajah ku. Aku membulat kan mata.
"Apa kau ingin ku
cium?" sambungnya dengan senyuman nya yang jahil.
Aku terkekeh. Aku
menjitakkepalanya, membuat kepalanya menjauh dan tidak dekat dengan ku lagi.
Iameringis, tangannya mengusap usapkan kepalanya yang baru saja ku jitak."Lagi
lagi di jitak. Sakit tau! Kenapa kau tidak bersikap lembut kepada kuhah? Selalu
kasar" rengut nya masih mengusap usapkan kepalanya.
"Aku tidak
percaya pada bibirmu karena jika aku beri tahu siapa yang ku suka. Pasti kau
akan beri tahu kesemua orang. Aku tau kau"
"Aku akan menjaga
rahasia.Aku janji." ia mengacungkan dua jari. Benar benar lucu.
"Tidak"
"Barbara palvin.
C'mon kitasahabat bukan?"
"Tetap tidak. Kau
artikansaja bilangan biner itu" aku menatap kertas itu. Ia juga menatap
kertasitu sedetik kemudian ia mendengus kesal.
"Apa yang harus
di artikan?Hanya ada dua angka. Aku tidak bisa. Ra, kenapa kau begitu tertutup.
Bukankahkita--"
"Justin?"
Ucapan pria itu
terhenti,ketikaseseorang mendekat ke arah kami dan menyebut nama pria itu. Aku menoleh
kesumber suara, benar dugaan ku. Dia adalah gadis itu.
Justin bangkit dari duduknya, ia tampak kaget ketika evelyn menghampirinya.
Iapun tersenyum dan mempersilahkan evelyn duduk. Dan tiba tiba, manik kedua
mataku dan kedua mata evelyn bertemu. Evelyn tampak kaget, ketika melihat ku.
Iamembulatkan matanya. "Kau? Kau gadis yang menangis di toilet
itukan?" tanyanya.
Bodoh, kenapa ia harus
menanyakanhal itu. Aku melirik justin. Terlihat jelas tampang raut wajah justin
yangbingung dan tidak mengerti apa apa. Justin menatap ku dan evelyn
secarabergantian "kalian saling mengenal?" tanya justin.
"Tidak,aku tidak
sengajabertemu dia di--"
"Maafkan aku. Aku
harus pergi, aku ada kelas hari ini." ujar ku memotong ucapan evelyn. Aku
pun bangkitdari duduk dan pergi meninggalkan mereka. Ku harap, evelyn tidak
menceritakantentang kejadian di toilet itu.
===================================
Aku gila. Aku
mempunyai gangguanjiwa. Aku benar benar gila. Aku menyakiti diriku sendiri. Ini
membuat ku puas.
Aku duduk di atas ranjang,aku mengigit bibir bawah ku lalu memejamkan
mata.Sebuah pisau, aku goreskan ke kaki ku. Aku mengigit bibir bawah ku
kuatkuat,bahkan aku merasakan darah di bibir ku. Aku menahan rasa sakit. Rasa
sakityang di berikan pada justin dan diriku sendiri.
Aku menangis. Menangis kencang dan merasakan rasa sakit yang begitu
dalam..akuberteriak. Aku menyedihkan. Aku tidak kuat untuk hidup.
Pria itu,aku melihatnya tidak sendirian lagi. Bersama gadis itu . tega,
kenapaia begitu tega? Dan membuat ku menjadi menyedihkan seperti ini. Benar,
akumenyedihkan.
Aku meringis, ketika darah segar keluar dari goresan yang ku buat di kaki
kananku. Dua kaki ku sudah berdarah dan robek. Darah itu terus mengalir.
Akumemejamkan mata ku. Menahan rasa sakit.
"Ra...."
Seseorang memanggil
ku, iamemanggil ku di luar rumah. Kenapa ia datang? Bodoh. Apa ia ingin
melihatdiriku yang menyedihkan ini?. Aku berbaring lalu menutup tubuh ku
denganselimut. Pria itu langsung masuk ke kamar ku tanpa mengetuk pintu. Dasar
priatidak sopan.
"Ra..." wajahnya ceria,senyuman nya tiba tiba memudar ketika melihat
ku berbaring dengan berbalutselimut "kau sakit?" tanya nya lalu
berlari duduk di pinggir ranjang.Ia memegang kening ku.mentasfirkan suhu badan
ku yang sama sekali tidak panas.Aku menyingkirkan tangannya yang ada di atas
kening ku lalu bangkit dari tidurdan duduk. Sebisa mungkin aku menutupi luka
itu dengan selimut.
"Tidak. Aku baru
sajatertidur. Tapi kau membangunkan ku. Kenapa kau datang tidak mengetuk pintu
duluhuh? Apa kau mau ku jitak lagi?" aku mengepalkan tangan ku. Pria itu
diam,ia menatap ku khawatir.
"Kau sakit? Wajah
mu pucat.Ayo kita ke dokter" ia menarik tangan ku tapi aku menahannya.
"Kau berlebihan.
Aku tidaksakit justin. Oh ya, kenapa kau disini? Bukankah kau bersama evelyn
tadi?"
Pria itu diam dan
berfikir. Entahapa yang di pikirannya. Aku melihat tangan nya, pria itu
memegang sebuah kotakberwarna biru. Itu seperti....
"Ah iya.
Sebenarnya..."pria itu memotong ucapannya lalu menunjukan kotak berwarna
biru. Perasaan kutidak enak.
"Untuk
evelyn?"
Pria itu menatap ku .
sedetikkemudian ia menganggukan kepalanya dan tersenyum. Benar, sudah ku duga.
"Besok. Aku akan
menyatakanperasaan ku dengannya"
Aku diam.
"Aku akan memberi
nya ini.Bagaimana? Apa ini indah?" ia membuka kotak itu dan terlihat
sebuah cincinberwarna putih yang berkilau.
"Aku membeli ini
butuhperjuangan ra. Memakai uang tabungan ku"
"Indah bukan? Harganya sangat mahal. Tabungan ku sudah habis"
"Pasti evelyn akan suka. Tapi aku takut itu terbalik. Aku takut ia
tidaksuka"
"Aku takut ia menolak ku"
"Bagaimana menurut mu? Jika kau jadi evelyn. Apa kau akan
menerimaku?"
"Dan jika ia menerima nya. Apa yang harus ku lakukan? Apa aku
langsungmenciumnya?"
Aku mengigit bibir
bawah ku. Mataku mulai perih, Ini benar benar sakit. Lebih sakit dari
sebelumnya. Berhenti,ku mohon...
"Kenapa kau diam?
Aku butuhsaran mu ra."
"Menurut mu kata yang romantis itu apa? 'Do you want to be my
girfriend?'atau 'would u be mine?' aku sangat bingung"
"Tapi menurut ku bukankah would u be mine? Itu lebih romantis. Benar
kanra?"
"Ra. Kenapa kau diam? Aku butuh saran mu"
"Pertama aku harus memeluknya? Atau apa? Aku benar benar bingung."
"Atau aku langsung men---"
"Justin... Ku
mohonberhenti"
Justin
diam. Benar, akumenyedihkan sekarang. Air mata ku mengalir dengan deras. Hati
ku terasa sesakdan bahkan lebih sesak dari sebelumnya. Rasanya ingin menusuk
jantung inidengan pisau itu.
"Ra, kenapa?
Kenapa kaumenangis?" ia memegang pundak ku. Terlihat jelas raut wajah nya
yangkhawatir.
Aku menyingkirkan
tangannya lalu bangkit dari duduk,aku mengambil pisau lipatitu dan
mengumpatinya. Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin menghilang.
"Ra.. Ada apa
dengan kaki mu?Kenapa berdarah? Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis? Kenapa?
Siapa yangberbuat ini dengan mu? Katakan!! Dia siapa ? Siapa?" ia
melihatnya. Akuterkekeh bersamaan dengan air mata yang masih terus mengalir
Aku memicingkan mata
menatapnya dengan tatapan sinis. "Apa kau perdulidengan ku sekarang?"
ujar ku Lalu berjalan meninggalkannya.
"Oh. Jadi benar
apa yangdikatakan evelyn" ujarnya bangkit dari duduk dan membuat ku
menghentikanlangkah kaki ku. "Dan Aku tau apa arti bilangan biner
itu"
" Its you. Benar kan artidari bilangan
biner itu?"
Aku diam, mengigit
bibir bawah ku.Air mata ku masih mengalir tidak ada berhentinya
"Kau pun melukai
dirimusendiri. Evelyn menceritakan semuanya pada ku. Ketika kau menangis di
toilet.Ra,kenapa kau begitu bodoh? Kenapa? Kau gadis yang bodoh".
Aku menoleh ke arah
nya danmenatapnya "benar, benar sekali justin bieber. Aku benar benar
bodoh. Jikaaku bodoh. KENAPA KAU INGIN BERTEMAN DENGAN GADIS BODOH SEPERTI
KU?" akumenangis. Kaki ku sudah tak kuat untuk menampung beban ku. Aku
benar benartidak kuat. Aku ingin mengakhirinya segera.
"Ra. Ku mohon
jangan sepertiini. Jangan buat dirimu menderita. Aku menyangi mu. Aku tidak
ingin kehilanganmu. Kau adalah--"
"Sahabat. Right,
aku hanyasahabat . tapi aku mencintai mu."
"Aku--"
"Aku bosan
diperlakukanseperti ini dengan mu just. Kau slalu menyakiti ku. Ini membuat.
Membuatku---"
ada jeda disini.
"Tersiksa"
sambung ku
"Tapi ra. Kenapa
kau sampaiberbuat seperti itu? Menyakiti dirimu sendiri. Apa kau gila? Kau
inginmati?"
Aku menganggukan
kepala dantersenyum getir "benar. Aku gila dan aku ingin mati"
Justin terkekeh.
" ra kumohon . jangan seperti ini. Aku tidak suka!"
"Aku tahu. Memang
sudahseharusnya pria dan wanita tidak bersahabat. Aku memang bodoh, untuk apa
akumencintai pria semacam dirimu just? Haha aku benar benar bodoh. Astaga, akumemang
bodoh. Aku gadis yang bodoh" aku tertawa , aku memang sudah gila.Air mata
ku tidak ada hentinya. Aku menyedihkan di depan pria itu sekarang.
"Aku tidak tahu
jika semuanyaseperti ini. Maafkan aku ra. Aku benar benar salah. Aku menyesal
membuat museperti ini. " ia berjalan mendekat ke arah ku. Aku
menggelengkan kepalaku dan berjalan mundur , menjauh darinya. Melihat aku yang
tengah menjauhdarinya. Ia memberhenti kan langkah kakinya. Aku melihat ada
setitik air jatuhdari matanya. Ia menangis. Apa kah ia benar benar menangis?
Kenapa ia menangis?Apa aku membuatnya menangis?
"Kau tidak salah.
Untuk apakau minta maaf pada ku bodoh? Aku yang salah. Seharusnya aku tidak
menyukai mu,tapi karena aku begitu idiot. Aku pun menyukai mu. Benar benar
bodoh bukan?Haha. Aku akan mengakhirinya sekarang. Aku tidak ingin hidup
seperti ini. Akutidak ingin hidup mencintai mu tanpa ada balasan dari mu just.
Aku akanmenghilang dan melihat mu di atas . aku akan melihat mu dan evelyn
bahagiabersama nanti. "
"Apa maksud mu?
Mengakhiri?MENGAKHIRI APA ?"
Aku tersenyum ,
membuka pisaulipat itu dan...
"Tidak! Jangan
lakukan itu!Ra! Ku mohon jangan lakukan itu! Aku mencintai mu. Ku mohon jangan
lakukanitu!!"
Aku tertawa "apa
kau bilang?Mencintai ku? Haha. Justin justin. Disaat aku seperti ini, kau baru
mengatakanitu. Apa kau ingin menghibur ku? Tidak . itu tidak terhibur sama
sekalisayang"
Justin mengelengkan
kepalanya"tidak. Aku benar benar mencintai mu . aku baru menyadarinya.
Selama akudekat dengan evelyn. Selama itu juga aku tidak merasakan nyaman. Aku
lebihnyaman ketika bersama mu. Aku serius. Aku tidak bohong. Percayalah."
Aku tertawa. Lagi.
"Kau inginmenghentikan aksi gila ku ini kan? Agar aku tidak bunuh diri.
Hey justin, asal kautahu. Pernyataan bohong itu lebih sakit daripada kau yang
tidak membalascintaku dan AKU TIDAK INGIN MERASAKAN SAKIT LAGI BODOH!"
"Kenapa kau tidak
percaya?Kau harus percaya padaku. Aku memang mencintai mu. Sebenarnya, cincin
ini untukmu. Ku mohon,percaya pada ku." ia berjalan mendekat. Aku menahannya
denganmencodongkan pisau itu ke arah nya
"Jangan mendekat
atau kubunuh kau"
"Baik . bunuh
saja aku"ia malah berjalan mendekat. Aku tersenyum getir.
"Jangan mendekat
atau kubunuh diri sendiri"
Ia menghentikan
langkah kakinya."ku mohon jangan seperti ini. AKU BENAR BENAR MENCINTAI
MU. KENAPA KAUTIDAK PERCAYA PADA KU RA?" ia berteriak. Ia menangis. Lagi.
"Jika kau bilang
seperti itu.Itu sudah terlambat justin. Aku tahu kau bohong. Maka dari itu aku
inginmenghentikan nya. Aku tidak ingin merasakan sakit lagi. Cukup sekarang
saja.Selamat tinggal"
"Ku mohon. Jangan
sepertiini. "
Dan pisau itu sudah
tertancap diperut ku. Bau anyir spontan menguar, darah segar keluar mengotori
baju ku.akumembuka mulut demi menahan rasa sakit. Tubuhku spontan tergeletak
terjatuh. Akumemutarkan pisau itu yang masih tertancap di perut. Meninggalkan
lubang yangbesar dan penuh darah. Sakit, benar benar sakit.
Justin berlari lalu duduk di samping ku. Ia menangis. Pria itu
menangissekarang. Menangis bukan mengeluarkan setitik air saja. Tapi keluar
denganderas.
"Barbara
palvin!" iamemeluk ku.
Dengan sisa tenaga,
aku mendorongnya dan mencabut paksa pisau itu. Ku tancapkanlagi pisau itu ke
dada. Aku mencabut lagi pisau itu. Dan menancapkannya lagi.Mencabut lagi.
Menancapkannya lagi. Mencabut lagi. Menancapkannya lagi. Sampaiakhirnya justin
menahan tangan ku. Darah keluar dari mulut ku. Dada ku penuhdarah. Astaga, aku
benar benar menyedihkan sekarang.
"Tidak! Tidak
bisa! Jangansakiti dirimu lagi. Kau tidak boleh mati. Barbara! KAU TIDAK BOLEH
MATI. akutidak bisa hidup tanpa mu" dia terus berteriak, ia memeluk ku
erat. Sangaterat dan membuat baju nya terkena darah ku.
"Kenapa? Kenapa
kau tidakpercaya pada ku? Aku bersumpah. Aku benar benar mencintai mu"
"Sebenarnya... Rahasia ku itu bukan karna aku menyukai evelyn. Tapi
akumenyukai mu"
"Aku hanya mengetes hati ku saja. Aku sendiri ingin menghilangkan rasaini.
Aku juga sadar. Kalau kita hanya teman dan tidak bisa memiliki. Aku
hanyatakut,kalau kita tidak akan bisa bersama"
"Tapi tidak bisa. Tidak bisa ra. Aku tersiksa selama aku
bersamaevelyn"
"Ayo kita mulai dari awal. Ku mohon. Jangan mati"
Ia terus menangis. Mencengkrampundak ku. Memeluk ku sangat erat. Apakah semua
itu pernyataan yang benar? Jikabenar. Kenapa ia baru mengatakan nya sekarang?
Dasar pria jahat.
Aku meringis. Aku
tersenyum getir.Aku mencengkram baju justin. Apa aku menyesal sekarang? Apa aku
melakukankesalahan? Apa aku harus percaya padanya? Ternyata benar, aku bodoh.
Aku tidakbisa berfikir secara logis.ini semua sudah terlambat. Aku akan pergi.
Sedetik kemudian, mata ku perlahan lahan mendesak memejamkan matanya.
Samarsamar terlihat pria itu yang terus menangis. Samar samar aku mendengar ia
terusmemanggil ku dan mengatakan 'kau tidak boleh mati'. Dan setelah itu. Aku
tidakbisa melihat apa apa lagi. Gelap. Dunia berubah menjadi gelap. Dunia
terasabegitu hancur Dan rasa sakit itu menghilang begitu saja. Lalu Aku tak
bisamelihat pria itu lagi. Aku tak bisa mendengar suara pria itu lagi.
Tertawanyabahkan tangisannya. Aku tak bisa berbuat apa apa. Aku hanya menunggu.
Di surgaatau di neraka.
Aku hidup merasakan
rasa sakit danberakhir dengan rasa sakit. Menyakiti dan di sakiti. Aku memang
sudah tidakwaras. Semua nya berakhir dengan begitu cepat. Aku tidak akan bisa disisinyalagi.
Kenangan saat ia membuat ku tertawa. Saat ia membuat ku kesal. Saat kamipulang
dari kampus bersamaan. Saat kami mendengarkan lagu bersama dan membuatpipi kami
saling bersentuh. Saat kami berpelukan. Saat aku tidak sengajatertidur di
pundaknya. Saat aku menjitak kepala nya dan membuat ia kesal. Saatia mencubit
pipi ku. Saat ia membuat ku sakit. Saat ia membuat ku menangis.
Kenangan itu akan berakhir seperti debu yang menghilang terkena angin.
Sepertisebuah api yang padam terkena air hujan. Terimakasih justin, sudah
membuat kubahagia. Aku Barbara Palvin, Gadis yang begitu menyedihkan.
THE END
Kesimpulannya :
Barbara punyagangguan jiwa. Kalau dia lagi stress pasti dia bakalan berani
nyakitin dirinyasendiri . dan menurutnya itu membuat dia nyaman. Dan justin,
sebenarnya justinsuka sama barbara tapi dia takut bilangnya dan dia maksain
diri buat suka samaorang lain dan menghilangkan rasa suka itu ke barbara. Tapi
dia ga bisa dan akhinya gitu.
Gimana sedih ga???
Pintar ya kak Olyta buat JDnya ^^ salut deh (y)